Sang Penyair Khamar yang Bertobat

Penyair khamar. Begitu Abu Nuwas dijuluki sebagian orang,
karena dia mengangkat minuman haram sebagai tema puisinya. Dalam puisi
khumrayat, ia menggambarkan kelezatan dan keburukannya, pemerasan, pengolahan,
rasa, warna, dan baunya hingga para peminumnya. Menurutnya, khamar dapat
menenangkan hatinya yang gundah.



Abu Nuwas juga sempat dituding sebagai penyair zindik
atau pendosa besar gara-gara puisinya yang bertema mujuniyat yang sering
dianggap melampaui batas kesopanan dan merendahkan ajaran agama. Tak pernah ada
kata terlambat untuk bertaubat. Itulah salah satu pelajaran penting yang
diajarkan Abu Nuwas.





Masa mudanya memang diwarnai dengan gaya hidup yang berbau maksiat. Namun di masa
tuanya, Abu Nuwas berubah menjadi seorang sufi. Penyesalan dan pertobatannya
dia ungkapkan lewat puisi-puisinya yang bertema zuhdiyat (kehidupan zuhud).
Seorang sahabatnya, Abu Hifan bin Yusuf bin Dayah, memberi kesaksian, di akhir
hayat Abu Nawas mengisi kehidupannya dengan ibadah.



Simaklah puisi pertobatan yang ditulisnya: ''Tuhan, Jika
dosaku semakin membesar, sungguh aku tahu ampunanmu jauh lebih besar. Jika
hanya orang-orang baik yang berseru kepada-Mu, lantas kepada siapa seorang
pendosa harus mengadu?

'' Secara umum, puisi dan syair yang ditulisnya terdiri
dari beberapa tema. Ada
yang bertema pujian (madah), satire (hija'), zuhud (zuhdiyat), bahaya minum
khamar (khumriyat), cinta (hazaliyat), serta canda (mujuniyah). Sejumlah puisi
Abu Nawas dihimpun dalam Diwan Abu Nuwas yang telah dicetak dalam berbagai
bahasa.



Ada yang diterbitkan di Wina, Austria (1885), di Greifswald (1861), cetakan
litrografi di Kairo, Mesir (1277 H/1860 M), Beirut,
Lebanon (1301 H/1884 M), Bombay, India
(1312 H/1894 M). Beberapa manuskrip puisinya tersimpan di perpustakaan Berlin, Wina, Leiden,
Bodliana, dan Mosul.
Pada tahun 1855, kumpulan puisinya diedit oleh A Von Kremer dengan judul Diwans
des Abu Nowas des Grosten Lyrischen Dichters der Araber.



Ketokohan figur Abu Nawas ternyata tak hanya diakui umat
Islam, namun juga oleh orang-orang Barat. Mereka memandang karya-karya Abu
Nuwas adalah sebuah kekayaan peradaban dunia dari abad pertengahan yang begitu
berharga. Sayangnya, umat Islam terkadang tak menyadarinya bisa pula tak
mengetahuinya sama sekali.

Share

0 comments:



Posting Komentar

nikmati hidup ini dengan cara bersyukur atas segala hal...